Pembuatan Antibiotika

Pembuatan antibiotika lazimnya dilakukan dengan jalan mikrobiologi dimana mikro organisme dibiak dalam tangki-tangki besar dengan zat-zat gizi khusus. Kedalam cairan pembiakan disalurkan oksigen atau udara steril guna mempercepat pertumbuhan jamur sehingga produksi antibiotiknya dipertinggi setelah diisolasi dari cairan kultur, antibiotika dimurnikan dan ditetapkan aktifitasnya beberapa antibiotika tidak dibuat lagi dengan jalan biosintesis ini, melakukan secara kimiawi, antara lain kloramfenikol.

Aktivitas Umumnya dinyatakan dalam suatu berat (mg), kecuali zat yang belum sempurna pemurniannya dan terdiri dari campuran beberapa zat misalnya Polimiksin, Basitrasin, atau karena belum diketahui struktur kimianya, seperti, nistatin.

Selain untuk terapi, antibiotik biasa digunakan sebagai zat gizi tambahan guna mempercepat pertumbuhan ternak, dan unggas yang diberi penisilin, tetrasiklin erithomisin atau basitrasin dalam jumlah kecil sekali dalam sehari harinya, bertumbuh lebih besar dengan jumlah makanan lebih sedikit.

Dengan diketahuinya rumus kimia dan susunannya, maka senyawa kimia tersebut dapat dibuat secara sintetik. Dengan adanya sintesis antibiotik maka penanganan dan pengobatan terhadap penyakit menjadi lebih mudah untuk dilakukan.

Penggunaan antibiotik harus sesuai dosis yang telah dianjurkan, sebaiknya dalam pemberian minimal 3 hari hal ini untuk mencegah resistensi kuman dalam tubuh. Selain itu penggunaan antibiotik seharusnya didahului dengan diagnosa secara tepat, perlu diingat bahwa antibiotik hanya pengobatan penyakit yang di sebabkan oleh bakterial saja.

Untuk menhindari kemungkinan terjadi hal negatif dalam pengobatan dan penggunaan antibitok harusnya disesuaikan dengan aturan dan juga dosis. Untuk mendapatkan hasil yang maksimal dalam pengobatan, pemakaian antibiotik harus merujuk pada berbagai kemampuan antibiotik dalam melawan bakteri.

Beberapa jenis penyakit ternak yang dapat diatasi dengan antibiotik (sulfonamida) adalah :

Aktinobbasilosis
Aktinomikosis
Coksidiosis
Mastitis
Ehrichiosis
Colibasilosis
Necrobasilosis oral, foot rot,
rhinitis, nekrotik, metritis.
Infecsius polyartritis
Pneumonia, mastitis
Salmonellosis
Adenitis equorum
Toxoplasmosis
Salmon poisoning

Untuk kuman kuman yang tidak peka terhadap sulfonamida meliputi streptococcus anaerob, thypoid, parathypoid, P. Tularensis, H pertusis, Leptospira spp, Borellia sp, dan micobakterium tuberculosis.
Selain untuk speies mamalia dalam praktek sedaiaan sulfa banyak sekali digunakan di dalam peternakan unggas untuk mencegah dan mengatasi berbagai penyakit antar lain pullorum, colera unggas, coryza dan cocsidiosis.
Show Comments